Big Girls Don’t Cry

Like we never had a chance
Do you have to make me feel like
There’s nothing left of me?

Now here we are, so close yet so far.
Haven’t I passed the test?
When will you realize, Baby, I’m not like the rest?

-Demi Lovato (Skyscraper & Give Your Heart a Break)-

It might be just “for the first time in forever” like what frozen told. There are always “first time” in every part of our life, before the second time or the next chapter. Shame on the people who’ve been miserable since the first time. Am I included? It’s embarrassing.

Have you ever seen a dog barking outside towards his beloved owner but the owner has already gone? It’s useless, such as waiting the night will come across at the north pole when it’s summer on July. As if hoping raindrop  in the middle of the desert. It is possible because nothing is impossible. Yet it’s a long way wasteful waiting because it’s limit to “impossible”. Even though it’s still “possible”. Okay, enough for this possibility.

How many times did I have to tell myself, keep strong no matter what happens. Be the good girl you always have to be. But why are you being like this? what did you do?

I hope you know, I hope you know
That this has nothing to do with you
It’s personal, myself and I
We’ve got some straightenin’ out to do
And I’m gonna miss you like a child misses their blanket
But I’ve got to get a move on with my life
It’s time to be a big girl now
And big girls don’t cry

And what is move on? moving on is not always moving so fast far far away and keep the distance long, right? For me, moving on is a process to be stronger and upgrading myself. So, I am gonna stay right here unconditionally. I told you, hey the best thing that ever happened in my life. Please feel free to go or disappear anytime if you want. Thank you so much 😉

P.S. I love you

Where is my brain?

Kayaknya aku lagi butuh curcuma plus, temu lawak, ginko biloba atau apapunlah itu stimulus otak. Mastin ekstrak kulit manggis juga boleh deh. Akhir-akhir ini jadi tambah lemot dan pelupa. Clumsy, careless, sampai belanjaan aja ketinggalan di pasar 😦 Apa aku harus buru-buru kuliah lagi ya kayaknya. Gak nyambung sih. Dulu berasa enteng banget ngapalin jenis-jenis cacing, bahkan sampe sekarang masih ingat. Kalo gak salah sih, Wuchereria brancoftii penyebab filaria atau kaki gajah yang penyebaran lewat nyamuk culek, ankylostoma deudonale itu cacing tambang, lalu Oxyuris vermicularis cacing kremi.  Mbuh sih tulisannya gimana, tapi aku masih slentingan inget aja. Manihot utilisima itu singkong, Zea mays Jagung, Kalo padi Oryza sativa. Lalu bentuk Taman gantung babylonia jaman-jaman codex hamurabi, wajah thomas raffles dan alexander agung. Kenapa sekarang mengingat DSP aja bisa ngeblank. Apa karena aku hanya ingat yang aku suka saja? Ah enggak juga, mana peduli aku sama cacing-cacing itu. Dulu Spica pernah bilang, sebelum dia S2,

http://www.reviveactive.com/wp-content/uploads/2014/04/Brain1.jpg

“Sama aja kayak gue maa, kayaknya lipatan otak udah mulai berkurang. Sekarang otaknya lagi lurus. Mari menambah lipatan otak. Hahahaha”

Bagaimana tidak, tiap lagi mau konsen mempelajari suatu topik riset dikerjaan, tetiba senior-senior,

“Farah, tolong pelajari A”

Belum selesai belajar A, “Farah, kamu masuk tim B, besok rapat”

“Farah kita mau ngajuin C, PR ya buat kamu pelajari”

“Farah bisa tolong bantuin buat D?”

dan seterusnya dan seterusnya… Dan aku mengiyakan semuanya karena aku tertarik dan mau belajar semuanya juga. Karena si ABCDEFG dst itu terkadang lebih menyenangkan dan menantang dari tugas utama di SKP 😦 Dan dari awal aku sudah diceramahi untuk tidak menjadi peneliti yang ansos dan harus mau ikut kegiatan sampingan.

Huuufft, ini adalah sesuatu yang seharusnya aku tahu solusi dan tak perlu diceritakan siapa-siapa. Tapi suka terlupakan dan terlena, so it’s just reminder for myself. It’s dangerous baby!

Pendonor Darah yang Tidak Keren

Rasanya ditolak donor darah itu seperti ditolak kerjaan, ditolak cinta, atau apalah. Sepertinya sedikit lebay sih -_-.  Saya kagum dengan orang-orang yang rajin donor darah disaat yang lain takut jarum suntik sebesar itu. Bukannya mau sok ikut-ikutan atau sok-sokan manusiawi, tapi donor darah itu ternyata lumayan berharga dan berkesan buat saya dan saya suka. Mungkin teman-teman juga merasakannya. Ada segelintir rasa tersendiri ketika kantong darah saya mungkin dapat membantu orang lain. Seandainya saya bisa melacak darah saya selama ini digunakan oleh siapa saja, tentu saja saya akan dengan senang hati berkenalan dan berteman dengannya. Padahal donor juga baru dua kali, dua kali lainnya ditolak. Donor yang sukses pertama juga hampir pingsan -_-

Siang-siang pulang dari bertugas jaga malam di observatorium, saya menuju GSG ITB untuk mendonorkan darah sendirian karena teman saya sudah duluan. Setelah selesai mendonor, saya cabut ke luar gedung sempoyongan tapi masih kuat dan pelan-pelan. Lalu, waktu minum kacang hijau tetiba pandangan saya blur dan saya duduk di lantai luar yang sepi. Lalu setelah membaik, saya masuk kembali dan meminta teh manis panas lalu duduk di kursi dalam GSG. Nah, disanalah pandangan saya mulai menghitam dan memutih lalu menghitam lagi. Suara orang-orang mulai menjauh dan keringat dingin bercucuran, gas dalam perut seperti berputar putar dan ingin muntah. Rasanya terakhir saya merasakan hal itu waktu upacara saat SD. Saat itu saya sampai berpikiran kalau jangan-jangan saya akan meninggal. Berbagai doa dan dzikir saya lantunkan, sampai beberapa orang mendekat dan memindahkan saya ke dragbar dan mengangkat kaki saya tinggi-tinggi. Lalu terpasanglah kantung oksigen di atas bibir dan hidung. Baru pertama kali seumur hidup dipasangin oksigen. Wow. Alhamdulillah, tidak sampai 15 menit saya sudah normal kembali. Saya malu sekali, malu karena niatnya mau membantu orang lain malah saya dibantuin dan merepotkan.

Jadilah untuk donor selanjutnya saya persiapkan lebih matang. Makan yang banyak, tidur lebih dari cukup, ajak teman. Waktu itu event donor darah Tupperware di mall BIP. Saya tidak menyangka kalau akan dapat tupperware juga. Hahahaaha. Giliran diambil darah saya, saya merasa biasa saja dan sengaja tidak melihat kantong atau jarum. Lalu teman saya mendahului keluar dan pergi karena dia melihata saya sehat-sehat saja. Tapi ternyata saya baru keluar setalh 30 menit-an selesai donor. Tidak separah sebelumnya sih, saya hanya merasa lemas dan mual, hanya ditinggikan sebentar kakinya lalu normal lagi.

Terakhir kali saya berniat donor juga saya persiapkan dengan matang,  darah saya kurang kenthal. HB hanya 11. Aaaaaaaarrrgh. Oia, donor pertama ditolak saat SMA karena saya hari terkahir ‘dapet’, sudah dicoret dari lis formulir. Padahal saat itu teman baik SMA saya terkena DB parah.