Mumtahana

Al – Mumtahanah, Q.S. 60, yang berarti “Wanita yang Diuji”

Puluhan kali saya menjawab pertanyaan apa arti nama saya semejak SD.

Dan puluhan kali saya dibilang kasihan karena arti nama saya berat, sering diuji.

Dan puluhan kali saya juga menjawab bahwa ujian tidak mesti kesedihan atau kesengsaraan, karena kebahagiaan atau anugerah itu juga bentuk ujuan.

Karena semakin diuji berarti kita semakin disayang. Dan saya percaya bahwa Allah tidak akan menguji makhluk-Nya melampaui batas kemampuan seperti yang tertera dalam firman-Nya.

Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW:

Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya Allah ’Azza wa jalla bila menyenangi suatu kaum Allah menguji mereka. Barangsiapa bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barangsiapa murka maka baginya murka Allah. (HR. Tirmidzi).

That’s why I never looked so mad. I always choose to cry and then smile again 🙂

Beginner Photography

When it comes to art, I never judge it absolutely. For example, I ever shocked when I knew the price of a simple painting. Okay, I have no art’s sense. That’s why I never thought it as my career. Yet, for hobbies, art is part of my blood because without art, I am sick of my routines. Now, I wanna talk about the art of photography. Camera has been my most important personal belonging since I was 15, even though I couldn’t use it properly. Lately, I’ve been learning photography since my friend had sold his camera to me for his wedding income. I also use it for work especially astrophotography. So, let’s learn photography 🙂

IMG_8383
Arbain Rambey

Yesterday, I joined Adira Face of Indonesia’s workshop “Through the Lens” about travel photography. Just because of Mr. Arbain Rambey (famous photographer in KOMPAS daily newspaper), I went there randomly on my free lazy Saturday morning. And here are some of my favorite snap at Tahura – Dago Pakar as a beginner and no editing.

IMG_8391
Creepy trees
IMG_8464
Yellow Flower – my favorite one
IMG_8581
Deer preservation
IMG_8513
Horse riding (not successful panning 😦 )
IMG_8475
Almost chased by monkey because I took it too close without tele

IMG_8495IMG_8436

IMG_8607
Pine trees
IMG_8539
Dutch Cave
IMG_8609
It was raining

Apart from my photo hunting in Tahura, these are my favorite pics I took from that camera after buying it.

IMG_8152
Shy Sunset at LAPAN Watukosek
IMG_8350
Jam Gadang Bukittinggi

Produk Gagal

Whenever I heard such beautiful string like guitar melody at the song’s intro, my heart fluttered immediately. Well it depends though. One of my favorite is Boyce Avenue “Let Her Go” cover originally from the passenger. IDK what this song tells about, just because it’s too poetic and I am not a romantic person. But overall may be I know the whole message of this song. That’s not my point.

page
Edyan Edyanan

I understand, my voice is not that good originally, and too much fried food and ice *clear throat*. It’s probably I am really into that song, so uhm… I recorded it using my lappy’s built in microphone and audacity as usual. The difference was, I think I used too much echo and I was being both male and female in this song cover. Hahahaa. Here it is https://soundcloud.com/farahmum/let-her-go yeay finally I had it uploaded!

I know I am not capable of being an actress, but at least I ever acted on my video clips (yang bikin temen-temen misuh dan pengen banting laptop pas lihat karena saking nggilaninya), sang at the wedding (dipaksa nyanyi prau layar dan joged megal megol sama sinden mewakili keluarga besar), performed with my impulsive band (dan ancur banget), snapped by photographer at studio as a model (lumayan lah, walau banyak editan), showed my dance and sang at the mall in semifinal karaoke competition (malu-maluin waris) and on every graduation nights in my campus (muka badak), walked at the mini catwalk on modelling competition (tingkat kampung), and so on. So actually, who am I? -I am spiderman-. And what I’ve done so far. It seems no correlation with my background and job. May be I am the “produk gagal” of actress wanna be. LOL. (Kayak nama band btw). Should I stop doing these kind of silly things? Affirmative! But, slowly reduce it first. Coz I am not that young anymore. Hahaha. Besides, I will have bigger and bigger responsibility for every higher step in my life. Let’s keep having fun in appropriate way. Trust me, I am the queen of anti-bored. I always find a way how to smile in this (sometimes we call it) cruel world.

Catatan Perjalanan Pulau Pahawang

P1090921
Dermaga Pulau Pahawang Besar
P1090937
Salah satu spot Snorkeling

Pulau Pahawang menawarkan pesonanya tersendiri dengan underwaternya yang ajib dan pemukiman yang ramah. Bagi pecinta snorkeling tapi bosan dengan pemandangan terumbu karang yang dangkal dan kurang menantang, disinilah tempatnya untuk mengeksplorasi keberanian yang cocok juga bagi pemula. Kedalaman laut (yang kebanyakan lebih dari 7 m, tergantung spot dan musim) dengan keindahan biota laut di sekitar Pahawang sangat mengundang untuk diintip. Sayangnya saya sendiri belum mengunjungi semua spot snorkeling karena ombak sore yang cukup heboh. Saya hanya sempat ke 4 spot dan sempat mengintip di spot yang berombak tersebut, wow, spot terbagus yang baru saya kunjungi hari itu. Saya gagal memotret karena badan saya saja terpelanting menjauhi kapal dan parno gak bisa balik akibat ombak gak santai itu. Teman saya sendiri sudah muntah-muntah dan menyerah untuk snorkeling hari itu.

P1090872
Pulau Pahawang Besar

Bagaimana cara ke Pahawang? Banyak cara! Karena saya tinggal di Bandung, saya ke terminal Leuwi Panjang dahulu, lalu ke Merak, dari Merak ke Bakauheni, lalu ke Pahawang. Jelasnya gimana? Ini adalah itinerary perjalanan saya dan teman saya, Tika. Saya dedikasikan bagi yang ingin backpacker tanpa agen, open/sharing trip alias buat yang ngebolang dengan modal niat dan uang pas-pasan biar gak kaya anak ilang.

17.00 – 18.50 Packing, persiapan ke terminal Leuwi Panjang

18.50 – 21.00 Perjalanan Leuwi Panjang dari Dago yang macet parah karena heboh pertandingan PERSIB vs PERSIPURA

P109073021.00 – 21.15 Nitipin motor, nego harga (sehari 25k TT), makan malam di terminal (makanan Tika 4k, saya 7k)

21.15 – 02.00 Naik Bus Ekonomi AC Bandung – Merak (75k). Ada juga bus 60k tapi rada abal.

P1090778
Sunrise di Ferry Merak – Bakauheni

03.30 – 6.50 Naik Kapal Ferry Merak – Bakauheni (15k)

06.55 – 9.40 Bus Bakauheni ke Terminal Rajabasa (25k) -> Berasa lama banget

09.45 – 10.58 Damri dari Terminal Rajabasa ke Hanura (5k)

11.00 – 11.30 Angkot dari Hanura ke Ketapang (5k)

11.30 – 11.35 Angkot dari Ketapang ke Dermaga (2.5k)

11.35 – 12.30 Istirahat di masjid dermaga

12.30 – 13.00 Nego perahu dan penginapan, Naik Perahu dari dermaga ke Pulau Pahawang Besar. Ke homestay, persiapan snorkeling.

13.30 – 16.50 Snorkeling, harusnya dikasih 5 spot tapi karena sangat berombak, berhenti di spot ke 4 dekat dermaga. P1090948

16.50 – 17.30 Mlipir pantai, foto-foto

17.30 – 19.00 Ishoma

19.00 – dst bebas, bermalam di rumah si empunya kapal yang baik.

P1090907
Di perahu Pak Dodi

Saya rasa untuk perjalanan tanpa rencana, kami cukup beruntung karena kendaraan umum selalu sedia dan tidak perlu lama menunggu, tidak seperti kasus pas pulang dan cukup melelahkan.

05.00 – 7.00 Subuh, susur pantai, foto-foto

07.15 – 08.00 Balik dari Pahawang Besar ke Dermaga

08.30 – 09.40 Angkot Dermaga ke Gudang Garam (7.5k)

11.00 – 13.00 Naik Travel dari Gudang Garam ke Bakauheni langsung (40k) -> Lebih efisien tapi lebih mahal.

13.00 – 16.00 Ferry Bakauheni ke Merak (15k, upgrade kelas bisnis 6k)

16.25 – 11.45 Merak ke Badung (75k) -> Ini niiihh yang gondrong banget, padahal dah disengaja pulang pagi biar sampai Bandung gak kemalaman.

11.45 – 00.30 Leuwi Panjang ke kos Tika

P1090919
Banyu bening di sekitar dermaga Pahawang

00.30 – 00.45 Pulang kos

P1100033    P1100013

Jadi, menurut suatu sumber, nanya-nanya, ditambah sumber dari pengalaman kami sendiri, ada beberapa cara dari Bakauheni untuk mencapai Pahawang, begitu pula sebaliknya:

1. Naik Travel

Travel 40k (Bakauheni ke Gudang Garam), lalu angkot ke Dermaga Ketapang 7.5k-> Lebih efisien di perjalanan tapi desak-desakan dan ngetem sampai penuh baru berangkat.

2. Sewa Angkot

Dari Bakauheni langsung ke Dermaga Ketapang 500k-600k. -> recommended kalau rame-rame

3. Damri/Bus

Damri Bakauheni ke Terminal Rajabasa (25k), Damri Rajabasa ke Hanura (5k), Angkot Hanura ke Ketapang (5k), Angkot Ketapang ke Dermaga (2.5k) -> Lumayan seru, gak sumpek tapi lama di perjalanan, karena ke Hanura jalanannya MasyaAllah banget (2014, Nov)

4. Angkot sambung-sambung

Bakauheni ke Terminal Rajabasa (25k), Rajabasa ke Tanjung Karang, lalu Tanjung Karang ke Teluk Betung, lalu dari Teluk Betung ke Dermaga Ketapang. -> Belum pernah dicoba tapi sepertinya ribet.

P1090818
Jalanan menuju Hanura yang bikin dangdutan karena jalanan aduhai
P1090984
Suasana rumah penduduk di Pulau Pahawang yang sederhana dan menyenangkan.. Dan kambing pun ikut menyapa

Sekilas tadi sudah dicantumkan biaya-biaya perjalanan. Untuk sewa kapal dan penginapan, meskipun nego, kami tetap dipalak karena cuman berdua.

“Seriusan cuman berdua? cewek-cewek begini?” – Iya Pak

“Udah pernah kesini sebelumnya?” – Belum Pak

“Ada janjian sama temen disana?” – Enggak Bu

“Jadi serius ini cuman berdua aja?” – Iya Bu *nanya sekali lagi saya pulang*

Kalau gak ngebet snorkeling sih bisa irit banget pengeluarannya, tapi demi ituuu, keluarlah 375k dari masing-masing kantong kami untuk sewa kapal pribadi dan penginapan plus 50k untuk peralatan snorkeling. Alhamdulillah dimasakin segala sama istri Pak Dodi, pemilik kapal dan rumah. Meskipun mandinya sangat sederhana, harus nimba air sumur dulu di dalam sebuah bilik bambu berlubang. Ruang mandinya khas seperti di tempat mbahku jaman dulu, ruangan besar yang disatukan dapur dan ruang makan tanpa sekat.

P1090972       P1090963

P1100212
Di Dermaga Ketapang

Btw itu gambar sampah yang menyedihkan sekali, padahal spot yang indah.

Ya walaupun mereka sangat ramah-ramah, tapi kasihan juga kalau ditawar terus-terusan. Ini aja udah reduksi dari harga normal yang dipathok sama penduduk sana (sewa kapal 600k perhari, penginapan 500k). Makanya, kalau mau lebih irit, ramean aja. Atau ga usah sewa kapal snorkeling, tapi main di pantai (15k aja untuk penyebrangan). Atau ga usah nginep sekalian. Atau celup-celup kaki di dermaga aja terus pulang.

P1100191
Angkot, pick up, atau apalah orang sana menyebutnya. Semacam red bus di Thailand.
P1100124
Sayonaraaaa Pahawang..

So, pengeluaran inti kemaren masing-masing dari kami start form naik ferry di merak adalah sekitar 490k termasuk makan dua kali. Kalau ditotal biaya dari berangkat sampai pulang (bus ke Merak, makan dan beli camilan, ngerujak, beli kelapa muda, sewa alat snorkeling, ke WC, nitipin motor) yaaa segitulah, masih masuk akal kok, kalau mau tau japri aja ya. Hahahaha.

Well, memang siP1090881h, dibanding ikut trip rame-rame agak sedikit lebih mahal dan rempong juga capek karena semuamuanya harus dilakukan sendiri. Dan objeknya pun terbatas karena tidak ikutan paket, jadi disesuaikan lagi sama budget. Tapi saat itu saya merasa lebih bebas, mandiri, dan merdeka, lebih puas dan mengena. Ya gitulah pokoknya. Selamat mencoba impulsive backpacker.. Hhohooohoho

Semoga bermanfaat 🙂

Impulsive Backpacker “Nekatraveler” Pulau Pahawang

Holaaaa… mau share tentang liburan kemaren nih, sebelum hasrat menulis tenggelam ditengah kesibukan mengabdi pada negara, haish! yang bener ditengah kegondrongan AADC dan PERSIB juara ding. Tapi sebelum nyeritain ke inti tentang itinerary dkk, seperti biasa saya mau bertele-tele tak penting menceritakan introduction-nya. Karena ini backpacker yang tergolong sangat berkesan, makanya saya memorikan diare di blog saya ini.

Eh, bentar sampai mana ya.. Barusan Pak Asep OB mampir dan curhat di jam pulang tentang atasan beliau dan seragam, ebuset, dan ujung-ujungnya yang gak nyambung pula, beliau mendoakan saya jadi menteri. Hahahaa.. Di Aminin gak ya?!

Kembali ke topik, yak, Pulau Pahawang, itu lah tujuan backpacker saya kemaren. Where is it? Sumatera. Ini adalah kali kesekian saya untuk impulsif, setelah mbolang Jakarta, Pangandaran, dan Bromo+Jatim, tapi ini yang paling jauh dan edyan so far karena cuman berdua dengan teman wanita yang mengaku dirinya syar’i karena berencana snorkeling pakai rok (baca:Tika) tanpa menguasai perjalanan dengan tujuan pulau yang terpencil pula. hahaha. Tadinya mau sendirian malah, tapi mengingat kodrat saya sebagai wanita ayu nan solehah, preeet *muntah sendiri* yang tak baik jika bepergian sendiri, ya jadi saya mikir-mikir juga kalau tempatnya di sebuah pulau seperti itu. Lha wong pergi berdua dengan tampang kucel dan bau saja sudah digoda sana sini. Dudududududu *asli, njaluk ditapuk*. Eh, tapi seriusan loh. Geromboan penggoda pertama di jembatan Ferry waktu antre keluar kapal, manggil-manggil mulu tapi saya pura-pura sibuk dan cuek, “Halo mbaak, mbaaakk.. Pulang ke Lampung ya Mbaknya? Iya mbaakkk?” Berisik bermenit-menit, sampai seorang Ibu cekikikan “Mbak, itu dipanggil” Yaampun “Oh, iya? Saya?” Dengan senyum kucel saya lambaikan tangan dan bilang “tidak”. Lalu penggoda selanjutnya preman-preman terminal, karena saya takut jadi saya jalan cepat dan tidak mendengarkan sampai diteriakin “Wooo, cantik-cantik budek ya mbak, ga punya kuping!” Weeew. Hidup memang keras, dek! Dan selanjutnya dan selanjutnya “Makanya, saya bilang butuh teman cowok sebenernya untuk ngebolang, biar bisa dijagain” Kata Tika. jinjja? namja dugu?? Mbeeeeeeeeeekkk. Tapi saya tahu kok, sebagian cowok goda-goda just for fun, gak serius. Soalnya beberapa teman saya demikian apalagi kalau liat cewek seksi. Normal kok. Kalau heboh karena liat cowok sesksi baru saya malah mikir. Jadi yaa, biasa aja. Anggap tiupan angin dan pasang tampang garang.

Walaupun awalnya pas sempat deal gak jadi, Tika akhirnya nge LINE “Trus Mba Farah pergi sendiri?” saya tidak menjawab dan hanya tersenyum sendiri dalam hati “why not?” Sedeng! Dan sudah berkali-kali saya suruh Tika ikutan ke Gunung Padang aja sama teman-teman lain tanpa memedulikan saya mau kemana, saya sih kurang tertarik karena udah dua kali kesana. Dan ketika beberapa orang menyarankan jangan nekat pergi sampai di PM mas Anton yang ketar-ketir dan bikin terharu, hadeeuh pake acara share di group begitu sih ya. Dibilang galau lah, nekatlah, apalah, whatever. Makanya saya malas koar koar dan gamau bikin heboh. Hey c’mon ppl, you have no idea! But thanks for worrying. Intinya saya sudah plotkan tanggal 7-9 Nov jauh jauh hari untuk liburan setelah ICMNS. Awalnya mau paralayang tapi batal, lalu diajak ke Burangrang, di php-in, diajak ke Pahawang sama temennya tika, php lagi. Kembali ke laptop. Yasudah, saya menyerah, karena gak bisa jamin keselamatan sendiri dan dik Tika yang dikhawatirkan mas brewok yang nelpon-nelpon saya mulu. Saya nyerah dan telpon agen-agen share-trip yang mau ke Pahawang weekend itu demi keselamatan dik Tika, tapi yang ada malah ditertawakan, “Wahahahahahahaa, mendadak sekali mbak. Hahahahaa. Hahahaha” Asem ketawanya gak usah segitunya juga kelless, sakit tauk. Hehehe

Tapiiii, pikir saya belum tentu minggu-minggu berikutnya saya bisa, mau, dan se on-fire ini, dasare cah ambisius -_-. Ya gimana ya, tekad sudah bulat, susah dibelokkan, lagian bisa jadi ini sekali seumur hidup, untuk mencoba sensasi baru yang menantang. Ngemeng epeeeh..Lagipula kalau dipikir-pikir, it’s not a big deal, jangan lebay. Kalau saya impulsive mendaki Himalaya atau ke Antartika sendirian barulah itu sableng dan perlu dirukyah.

IMG20141108060649
Tika and I

Lalu saya chat Tika yang intinya “Kalo impulsive travelling sih emang harus tutup kuping soalnya pasti diprotes karena emang berat tanggungannya. Karena gak jelas gimana sampai sana, bakal sampai apa enggak juga gatau. Yang penting proses perjalanan, semacam backpacker alone gitu. Kalo kamu gak yakin, yaudah gak usah gapapa”. Tapi Tika masih kekeuh pengen pergi sama saya,

“tapi kita kan selalu bersama. Yaudah, ikutan mas Anton aja ke gunung padang, gak seru kalau ga ada Mba Farah…”

Aw, saya terharu :’)

“Gak ada yang dibully soalnya.”

Ew, gak jadi terharu!

Lalu ketika ketemu di mushola sepulang jam kantor di tengah hujan gerimis, dia menyatakan “Yaudah kalau tetep mau ke Pahawang, bismillah siap”. Aw, so sweet. Langsung saya antar dia packing seperlunya ke kosannya, lalu ke kosan saya flash packing magrib-magrib. “Yaah, perkara ntar gak sampe tujuan dan cuma bisa celup-celup kaki di pelabuhan Merak yaudah aja gapapa ya”. Yang terpenting adalah doa dan ijin dari orang tua. Menurut saya itu sudah cukup karena kita akan dijaga malaikat-malaikat Allah (waseeekk). “Tapi nanti gimana naik angkutan disananya? Sewa kapal bisa sejuta gimana? Nginep gak?” tanya Tika masih setengah ragu mungkin. “Kamu yakin gak dengan segala resiko?” Tanya saya. Dia mangut-manggut kaya marmut. “Yaudah sih tinggal nanya-nanya orang, di dunia ini banyak orang baik, jalanin, bismillah”. Jawab saya sok yakin. Setelah packing dan sholat isya, kami berangkat dengan motor bututku ke terminal leuwi panjang, dan belum sempat baca itinerary yang kami browse siang itu. Dan catatan angkutan umum di Lampung tertinggal di tas kerja. What a perfect planning!

“Emang mba Farah tau terminalnya dimana? Jauh kan?”

Mana jalanan menggila karena pertandingan PERSIB vs PERSIPURA, hujan-hujanan pula pake jas ujan alakadarnya, saya memicu motor. Udah dua jam di jalan, macet semua orang nonton bareng dan parkir sembarangan, gak karuan banyak jalur ditutup pula. Banyak polisi yang entah ngapain karena jalanan tetap semrawut.

“Aku gak tau dimana terminalnya, dulu pernahnya naik damri. Yaudah kalo gak nyampe terminal, kita beli syal dan nonton PERSIB yak!”

Dan Alhamdulillah jam 9an sampai juga di terminal yang sempat kebablasan itu. Saya titipkan motor nego harga penitipan sama preman parkir Leuwi Panjang lalu kami cari bus yang pas banget ternyata mau berangkat. And then the journey began… Ada niat, ada jalan 🙂 (Ok, next chapter)