Pendonor Darah yang Tidak Keren

Rasanya ditolak donor darah itu seperti ditolak kerjaan, ditolak cinta, atau apalah. Sepertinya sedikit lebay sih -_-.  Saya kagum dengan orang-orang yang rajin donor darah disaat yang lain takut jarum suntik sebesar itu. Bukannya mau sok ikut-ikutan atau sok-sokan manusiawi, tapi donor darah itu ternyata lumayan berharga dan berkesan buat saya dan saya suka. Mungkin teman-teman juga merasakannya. Ada segelintir rasa tersendiri ketika kantong darah saya mungkin dapat membantu orang lain. Seandainya saya bisa melacak darah saya selama ini digunakan oleh siapa saja, tentu saja saya akan dengan senang hati berkenalan dan berteman dengannya. Padahal donor juga baru dua kali, dua kali lainnya ditolak. Donor yang sukses pertama juga hampir pingsan -_-

Siang-siang pulang dari bertugas jaga malam di observatorium, saya menuju GSG ITB untuk mendonorkan darah sendirian karena teman saya sudah duluan. Setelah selesai mendonor, saya cabut ke luar gedung sempoyongan tapi masih kuat dan pelan-pelan. Lalu, waktu minum kacang hijau tetiba pandangan saya blur dan saya duduk di lantai luar yang sepi. Lalu setelah membaik, saya masuk kembali dan meminta teh manis panas lalu duduk di kursi dalam GSG. Nah, disanalah pandangan saya mulai menghitam dan memutih lalu menghitam lagi. Suara orang-orang mulai menjauh dan keringat dingin bercucuran, gas dalam perut seperti berputar putar dan ingin muntah. Rasanya terakhir saya merasakan hal itu waktu upacara saat SD. Saat itu saya sampai berpikiran kalau jangan-jangan saya akan meninggal. Berbagai doa dan dzikir saya lantunkan, sampai beberapa orang mendekat dan memindahkan saya ke dragbar dan mengangkat kaki saya tinggi-tinggi. Lalu terpasanglah kantung oksigen di atas bibir dan hidung. Baru pertama kali seumur hidup dipasangin oksigen. Wow. Alhamdulillah, tidak sampai 15 menit saya sudah normal kembali. Saya malu sekali, malu karena niatnya mau membantu orang lain malah saya dibantuin dan merepotkan.

Jadilah untuk donor selanjutnya saya persiapkan lebih matang. Makan yang banyak, tidur lebih dari cukup, ajak teman. Waktu itu event donor darah Tupperware di mall BIP. Saya tidak menyangka kalau akan dapat tupperware juga. Hahahaaha. Giliran diambil darah saya, saya merasa biasa saja dan sengaja tidak melihat kantong atau jarum. Lalu teman saya mendahului keluar dan pergi karena dia melihata saya sehat-sehat saja. Tapi ternyata saya baru keluar setalh 30 menit-an selesai donor. Tidak separah sebelumnya sih, saya hanya merasa lemas dan mual, hanya ditinggikan sebentar kakinya lalu normal lagi.

Terakhir kali saya berniat donor juga saya persiapkan dengan matang,  darah saya kurang kenthal. HB hanya 11. Aaaaaaaarrrgh. Oia, donor pertama ditolak saat SMA karena saya hari terkahir ‘dapet’, sudah dicoret dari lis formulir. Padahal saat itu teman baik SMA saya terkena DB parah.

Leave a comment