Jogjakarta

Adalah tempat dimana masih banyak kujumpai jemari sawo matang beradu dengan ponsel jadul di penghujung 2014. Tempat dimana jalanan tak berisikan mobil mewah seutuhnya, terlebih dengan plat cantik. Tempat dimana sepeda motor, warung burjo, dan angkringan menjadi andalan kawula mudanya dari yang borju sampe kere. Tempat dimana motor pitung, sepeda onthel, becak, dan andhong masih berseliweran dengan pengemudi paruh baya. Tempat dimana barang siapa yang hobi menyembunyikan klakson akan diteriaki “nek kesusu, mabur!”. Tempat dimana terik matahari dan guyuran hujan tak menyurutkan semangat bakul dan kuli  pasar tradisional. Tempat dimana komunitas nyentrik macam penggila vespa, gamelan, boombers, sepeda tinggi, dll sarat pertemuan. 1935390_1125397691227_7153144_n
Tempat dimana budaya dan sejarah masih dijunjung tinggi dan diabadikan dalam berbagai museum dan pentas rakyat. Tempat dimana kita akan menggunakan cara yang berbeda untuk menghadapi orang-orang dengan panggilan sesuai usia seperti mbak, mas, lik, dek, nduk, le, mbah. Tempat dimana sekolah-sekolah masih diblok berdasar daerah dan menimbulkan kesenjangan. Tempat dimana logat pribumi selalu dibawa-bawa kemanapun merantau. Tempat dimana banyak truk besar bertuliskan kata-kata jijay seperti “esemmu marai silo atiku” (Senyummu membuat hatiku silau). Tempat dimana kata “wagu” susah dijelaskan artinya. Tempat dimana nasi kuning 2000 masih banyak beredar sampai detik ini. Tempat dimana jamu cekok adalah momok bagi balita yang enggan makan. Tempat dimana segelas es teh lebih nikmat dari minuman mahal apapun di siang hari. Tempat dimana banyak manusia selo berkreasi dan iseng mencipta dari yang penting banget sampai samaskali gak penting. Tempat dimana banyak rakyat menyayangi pemimpin. Tempat dimana para plegmatis bertebaran dan berkembang biak “aku rapopo/yoweslah”. Tempat dimana ngomong “nganu/anu” itu sama skali tidak saru tapi memang sisipan atau jeda kalimat kalau lagi mikir. Tempat dimana brand new fashion itu gak terlalu penting untuk diikuti, mending jajan mie ayam. Tempat dimana banyak manusia nggilani seperti yang bilang bahwa upil dan apel bedanya hanyalah cara peletakannya di meja, upil di bawah dan apel di atas. Tempat dimana orang-orang punya selera humor yang lain dari yang lain. Tempat dimana banyak manusia bijak seperti yang menasehatiku “belajarlah, karena manusia tidak dilahirkan dalam keadaan pintar”. Tempat dimana gedung bertingkat tinggi sekali dapat dihitung dengan jari. Tempat dimana ada jalanan bolong sedikit langsung ditambal. Tempat dimana macetnya tidak manusiawi di musim liburan (sangat tidak direkomendasikan kesini pas musim libur). Tempat dimana pembangunan hotel makin tahun makin nambah, lama-lama sawah habis dan jadi kota hotel.Tempat dimana banyak bus tua yang mambu solar bosok berseliweran, sukanya reteng kanan tapi ngiri-ngiri gak jelas. Tempat dimana spesies homo sapiens nyeleneh bernama Farahhati Mumtahana dilahirkan dan dibesarkan.

Ya, penelitian anak-anak arsitek di tahun 2013 lalu, Jogja dinobatkan sebagai the most livable city yang grafiknya menjulang tinggi dibanding kota-kota lain di Indonesia. Enggak yang terus bangga-bangga amat sih, enggak, wong jeleknya juga ada. Tapi kalau balik ke masa lalu sebelum lahir dan ditanya ingin dilahirkan dimana, aku tetep jawab Jogja wae lah :’

Leave a comment