10 Rekomendasi Tempat di Jogjakarta dan Sekitarnya

Banyak sekali saya membaca artikel mengenai tempat-tempat yang bagus dikunjungi di Jogja dan sekitarnya. Kali ini saya ingin menuliskan versi saya, tapi tentunya tempat-tempat yang udah famous dan biasa saja akan saya lewati. Some familiar places such as temples, beaches in Bantul, Kulon Progo, and Gunung Kidul, recreations like Pindul cave, Kaliurang, Kiai Langgeng, Taman Pintar, Prawirotaman etc won’t be discussed. Sepertinya cukup dibaca sub judul karena penjelasannya tidak terlalu membantu, malah curhat. Lagipula beberapa di antaranya adalah tempat-tempat yang belum pernah dan ingin saya kunjungi juga kalau ada kesempatan. Btw ini salah satu tulisan di draft yang ragu mau diposting atau enggak karena bertele-tele banget dan tidak membantu tapi yoweslah perasaan semua isi blogku emang bertele tele juga. Hehehe

  1. Museum Ulen Sentalu
Hanya boleh foto di halaman luar Ulen Sentalu

Saya dan geng tetangga saya pernah menjadi fanatik museum. Tiap saya mudik, kerjaannya adalah jelajah museum. Saya sendiri pernah menjelajahi museum mulai dari Benteng Vredeberg, Museum TNI-AD Dharma Wiratama, Museum Sono Budoyo, Monumen Diponegoro, Keraton Jogja dan Keraton Solo, Monjali, Museum Bahari, Lawangwangi gallery, sampai yang terbaru adalah museum 3D yang de Mata dan Museum Sisa Hartaku di Merapi. Pengen ke Lawang Sewu belum kesampaian, udah horror duluan. Museum Ulen Sentalu, what is that? Where is it? why is it so special?  Bagi rakyat Jawa sendiri, museum ini tidak terlalu terkenal, namun di kalangan wisatawan asing, ini tempat sudah tersohor mameeen. Terletak di kaki gunung Merapi setelah museum Gunung Merapi, agak nyempil dan gelap. Konsepnya maze/labirin dengan runangan-ruangan berisikan foto/patung/batik/silsilah/barang-barang khususnya mengenai kerajaan di Jogja alias keraton. Pemandu akan menjelaskan di tiap ruangan dan diakhiri dengan minum wedhang racikan istri raja yang konon bikin awet muda. Disediakan kaca besar untuk melihat perbedaan wajah untuk sebelum dan setelah minum yang ternyata waw, jadi tampak 17 tahun! Yakaliiii… Yang bikin saya berkesan waktu kesana dulu adalah pemandunya yang semprul dan kocak waktu menjelaskan, Mbak Fafa, membuat semua materi museum tersampaikan tanpa bosan.

  1. Ramayana Ballet (outdoor at the full moon)
source: http://s792.photobucket.com/

Ke Prambanan sih sudah biasa dan sering, banyak alasan saya kesana seperti nganter sodara atau teman, lihat gerhana bulan, sok-sokan arkeoastronomi, bahkan sekedar foto-foto.  Whilst, watching Ramayana ballet at the full moon, that was amazing. Saat itu SMP saya mengadakan studi tour pelajaran seni Tari, khususnya pelajaran penokohan wayang. Teori yang masih saya ingat, “Ebahing sadaya sandruning badan, pikanthuk wiramaning gendhing, …” Meskipun nggak yang jago-jago amat, seni Tari merupakan salah satu mulok favorit saya di sekolah. Selain melestarikan budaya, ini merupakan saat refreshing dari pencekokan ilmu-ilmu eksak dan sosial.

Siangnya kami menjelajahi candi masing-masing dan mencatat sejarah untuk laporan. Malamnya kami masuk ke sebuah aula besar tempat pertunjukan Sendratari indoor untuk pejelasan dan pembagian doorprize bagi yang bisa menjawab sejarah Ramayana. Btw, saya suka sekali dengan kisah pewayangan seperti Mahabarata dan Ramayana, tapi condong ke Ramayana sih.  Kemudian kami keluar menuju panggung pentas berlatarkan candi prambanan emas dan bulan purnama yang sangat indah. Adegan demi adegan membuat saya terpukau terutama saat Anoman Obong karena dibakar beneran dan saat Jatayu melintas. Dan saya naksir Leksmana, adiknya Rama, terutama saat adegan di hutan waktu melindungi Shinta dengan lingkaran. Hahahaha.

Bagi pecinta kesenian, drama, dan tari, harus banget nonton ini pas ke Jogja ya.

  1. Parang Endog

20150102105758

Ini salah satu tempat yang saya tulis tapi belum pernah saya kunjungi. Oops. Semoga ada kesempatan pergi kesana kapan-kapan.  Pertama denger dari Mas Rian, maaf ya gambarnya tak pakai gak ijin-ijin, hehee. Katanya lihat  sunset disana bagus banget. Beberapa hari yang lalu saya membaca artikel Hipwee tentang Parang Endog ini, bikin tambah pengen kesana, apalagi mbah google bilang kalau sunset terindah di Jogja itu di Parang Endog dan Ratu Boko. Bagi yang ber planning ke Parangtritis, sekalianlah mampir sana yuuuk.

  1. Lava Tour Merapi

IMG20141226180211

Pertama dengar dari Pakdhe yang sudah sepuh. Beliau cerita betapa trauma pergi kesana bersama anak-anak dan cucu. Beliau bilang walaupun diasuransikan, tapi tetap mengerikan. Justru itulah yang membuat saya penasaran, hehehe. Saat itu saya pulang ke Jogja, lalu teman SMA saya yang merantau di Jakarta mengajak wisata alam. Saya share ke group SIGMA alias club jurnalistik SMA saya, dan mendapat respon tak diduga padahal biasanya sering wacana. Teman-teman saya itu pas pada pulang dari rantauan juga dan saya baru nyadar juga kalau banyak yang jadi PNS, ahahahaha.

20141226_175218

Kalau mau Lava Tour impulsive bisa kok, datang aja ke Terminal Kaliurang yang ke arah Telaga Putri lalu daftar jeep. Satu jeep 350rb, maksimal 4 orang karena jeep kecil tidak seperti di Bromo. Perjalanan sekitar 2-3 jam dengan beberapa lokasi yang dikunjungi seperti Museum Sisa Hartaku, batu alien, bunker, rumah mbah Marijan, dll.

  1. Museum Sisa Hartaku

Museum ini adalah bagian dari ekspedisi Lava Tour Merapi,  tapi sayangnya saat sampai lokasi museum, hari sudah gelap. Ini merupakan beberapa foto yang sempat kami ambil di sana.

IMG-20141228-WA0003

IMG-20141228-WA0008 IMG-20141228-WA0012

IMG-20141228-WA0013

IMG-20141228-WA0014

IMG-20141228-WA0015

IMG-20141228-WA0016

IMG-20141228-WA0018

IMG-20141228-WA0020

IMG20141226174956

IMG20141226175001

IMG20141226175012

IMG20141226175137

  1. Gua Cerme

Aslinya saya kurang suka wisata gua dan cave tubing karena berasa pengap dan terbatasi ruang gerak apalagi udaranya. Gua yang penah saya jelajahi seingat saya hanya Gua Gong, Gua Pindul, Gua Belanda Tahura, Gua Lalay Sawarna dan Gua Cerme ini. Di SMA saya, ada program tahunan untuk menambah desa binaan bernama PTB WDP (Perkemahan Teladan Bhakti Wira Dharma Pertiwi). Dengan slogan “Dari apa yang kami punya dan kami bisa, kami baktikan untuk menggapai cinta-Nya”, kami melakukan semacam KKN mini beberapa waktu (pra, inti, dan pasca). Seingat saya 2005 di desa Nglipar, Gunung Kidul, lalu tahun berikutya di Desa Srunggo II, Selopamioro, Bantul. Nah saat itu saya dan tiga teman saya dari sie otonom yang sama berkesempatan menjelajah Gua Cerme ini. Saya merasa ini gua yang paling berkesan karena harus tracking sekitar 4 jam. Dalam perjalanan saya menemui semacam sidat atau seperti ular putih di air dan banyak tempat pertapaan. Dan yang paling membuat saya panik adalah ketika airnya setinggi dagu, lalu saya pasrah karena hanya bisa bernafas dalam celah stalaktit yang kecil. Kalau tidak hati-hati kepala bisa mudah terbentur.

source: https://ranselhitam.files.wordpress.com

Namun, setelah itu tragedi menimpa salah satu teman saya yang nebengin saya pulang ke Jogja. Setelah saya turun di SMA 1, dia kecelakan parah dan masih mengira sedang memboncengkan saya. Alhamdulillah sudah pulih kembali walaupun wajahnya sempat tidak saya kenali karena bengkak. Dan lebih tragisnya, tiga hari setelah itu adalah gempa Jogja. Alhamdulillah gempa tidak terjadi saat saya berada dalam gua. Kemudian wisata Gua Cerme tersebut sempat ditutup lama setelah gempa.

7. Desa Wisata Sejarah Kelor

Hehehe,, lagi-lagi saya belum pernah kesini tapi teman saya bilang recommended. Ini foto saya curi juga dari si Indi yang habis ke sana sama keluarga. Sayangnya fotonya gak ada yang oke karena di sana dilarang bawa hape, riskan kecebur. Katanya sungainya jerniiih banget, ya bayangan saya seperti Kali Kuning jaman dahulu.

e8981354cc3b69cca0b38b3517ccae58

8.Tembi House

source : http://jogjaspot.com

Ini adalah tempat yang belum pernah saya kunjungi juga. Wakakakaakak. Katanya ini semacam penginapan yang bertema dan ada juga kesan tradisional. Sepertinya seru juga honeymoon di sana.

9. Rafting Sungai Elo

Saat itu adalah acara pembubarana panitia FRIN (Forum Remaja Islan Nogotirto) yang masih ramai. FRIN adalah bagian dari masa kecil saya dimana saya hanya aktif sebentar saja di organisasinya, sisanya lebih banyak main-main. Banyak sekali kegiatannya mulai dari jidan (pengajian dua pekanan), jinola (jidan nongol lagi – iki nggilani banget yang bikin singkatan), lalu tarawih bocah-bocah dan ngurusi jaburan, takbiran, lomba-lomba, 17an, jalan santai, baksos, piknik, outbond, dll. Abang saya yang pertama bersama teman-teman sebayanya merupakan pendiri dan aktivis sejati dimana ketika saya dan teman-teman seangkatan saya menggantikan malah jadi bubrah kabeh ora mbejaji, hahaha. Semoga sekarang adik adik geng yang menjuluki dirinya CRB (Cah Bale RW) bisa membangkitkan FRIN kembali.

arung jrm

Yaampun, mana ini cerita tentang raftingnya ya.. Krik krik banget deh. Singkat cerita kami semua naik motor ramai-ramai ke Magelang, lalu rafting sewa empat perahu, dua jam sampai gosong dan kekar. Kenapa saya tulis di sini? Karena sepanjang rafting isinya cuma ketawa dan ketawa. Pemandu yang namanya mas Gofur itu ngoceh gak keruan. Salah satu ke-jayuz-annnya adalah ketika kami lagi hening, beliau bilang “Dulu saya aslinya pas kuliah mau ambil komputer lho, tapi ditentang habis-habisan sama simbok saya. Sedih bangt pokoknya, dimarahin pula.” Lalu saya, Rizka, Woghski, Mas Yaya, Reno, dan Pyuth yang seperahu karet melongo dan kasihan. Lalu dilanjutkan “Lha gimana gak dimarahin, ngambilin komputer orang-orang ntar ditangkep polisi aku.” Ealaaahhhhh jayuzman banget, dan terus berlanjut tiap tidak ada jeram.

arung jrm2

Lalu saya hampir nangis ketika kami diceburkan ke sungai dengan alasan perahu karet bocor, “minggir dulu semuanya ke kanan perahu..” dan byuuuur! Lalu tahu-tahu saya berada di dalam air yang dalam di bawah perahu yang terterlungkup. Saya mencoba keluar mencari udara tapi tidak bisa, tangan saya menggapai ke atas menyingkap perahu yang tak bisa digerakkan sama sekali, berat. Lalu setelah berhasil keluar saya spontan teriak ke pemandu “Aaaaaaaaaaaaaaakkkkk,,,, jahat, bapaknya mau bunuh aku hidup-hidup yaaakk… aaaaaaaakk…” Dan teman-teman saya hanya tertawa puas melihat saya ngamuk-ngamuk karena hanya saya yang tertimpuk perahu, plus saya belum bisa berenang waktu itu.

10. De Mata Trick Eye dan 3D Museum

Tempatnya di XT Square deket Gembira Loka. Saya hanya pernah ke De Mata bla bla bla itu, mungkin ini bukan museum yang wow wow amat sih tapi cocok banget bagi yang suka pemotretan. Kalau saya tak sanggup foto di semua spot, saya sudah lelah harus ndlesor-ndlesor lantai, duduk setengah, dll demi pengambilan angle yang pas. Berikut beberapa di antaranya.

IMG-20141224-WA0012

IMG-20141223-WA0064

IMG-20141223-WA0052

IMG-20141223-WA0047

IMG-20141223-WA0049

IMG-20141223-WA0037

IMG-20141223-WA0035

IMG20141223185522

IMG20141223185731

IMG20141223195737

IMG-20141223-WA0059

IMG-20141223-WA0022

IMG-20141223-WA0061

Duh maaf ya banyak foto saya, malesin banget. Hahaha. Nanti kalau ada yang oke lagi saya tambahin deh, selama jari ini masih rajin ngoceh. Eh iya,  sebenarnya saya juga pensaran sama puncak Suroloyo dan Pantai Baru di Kulon Progo… Gile, Kulon Progo pasti bentar lagi beken kalau jadi dibangun Bandara tapi gak akan ijo lagi dong nanti.

Catatan Perjalanan Pulau Pahawang

P1090921
Dermaga Pulau Pahawang Besar
P1090937
Salah satu spot Snorkeling

Pulau Pahawang menawarkan pesonanya tersendiri dengan underwaternya yang ajib dan pemukiman yang ramah. Bagi pecinta snorkeling tapi bosan dengan pemandangan terumbu karang yang dangkal dan kurang menantang, disinilah tempatnya untuk mengeksplorasi keberanian yang cocok juga bagi pemula. Kedalaman laut (yang kebanyakan lebih dari 7 m, tergantung spot dan musim) dengan keindahan biota laut di sekitar Pahawang sangat mengundang untuk diintip. Sayangnya saya sendiri belum mengunjungi semua spot snorkeling karena ombak sore yang cukup heboh. Saya hanya sempat ke 4 spot dan sempat mengintip di spot yang berombak tersebut, wow, spot terbagus yang baru saya kunjungi hari itu. Saya gagal memotret karena badan saya saja terpelanting menjauhi kapal dan parno gak bisa balik akibat ombak gak santai itu. Teman saya sendiri sudah muntah-muntah dan menyerah untuk snorkeling hari itu.

P1090872
Pulau Pahawang Besar

Bagaimana cara ke Pahawang? Banyak cara! Karena saya tinggal di Bandung, saya ke terminal Leuwi Panjang dahulu, lalu ke Merak, dari Merak ke Bakauheni, lalu ke Pahawang. Jelasnya gimana? Ini adalah itinerary perjalanan saya dan teman saya, Tika. Saya dedikasikan bagi yang ingin backpacker tanpa agen, open/sharing trip alias buat yang ngebolang dengan modal niat dan uang pas-pasan biar gak kaya anak ilang.

17.00 – 18.50 Packing, persiapan ke terminal Leuwi Panjang

18.50 – 21.00 Perjalanan Leuwi Panjang dari Dago yang macet parah karena heboh pertandingan PERSIB vs PERSIPURA

P109073021.00 – 21.15 Nitipin motor, nego harga (sehari 25k TT), makan malam di terminal (makanan Tika 4k, saya 7k)

21.15 – 02.00 Naik Bus Ekonomi AC Bandung – Merak (75k). Ada juga bus 60k tapi rada abal.

P1090778
Sunrise di Ferry Merak – Bakauheni

03.30 – 6.50 Naik Kapal Ferry Merak – Bakauheni (15k)

06.55 – 9.40 Bus Bakauheni ke Terminal Rajabasa (25k) -> Berasa lama banget

09.45 – 10.58 Damri dari Terminal Rajabasa ke Hanura (5k)

11.00 – 11.30 Angkot dari Hanura ke Ketapang (5k)

11.30 – 11.35 Angkot dari Ketapang ke Dermaga (2.5k)

11.35 – 12.30 Istirahat di masjid dermaga

12.30 – 13.00 Nego perahu dan penginapan, Naik Perahu dari dermaga ke Pulau Pahawang Besar. Ke homestay, persiapan snorkeling.

13.30 – 16.50 Snorkeling, harusnya dikasih 5 spot tapi karena sangat berombak, berhenti di spot ke 4 dekat dermaga. P1090948

16.50 – 17.30 Mlipir pantai, foto-foto

17.30 – 19.00 Ishoma

19.00 – dst bebas, bermalam di rumah si empunya kapal yang baik.

P1090907
Di perahu Pak Dodi

Saya rasa untuk perjalanan tanpa rencana, kami cukup beruntung karena kendaraan umum selalu sedia dan tidak perlu lama menunggu, tidak seperti kasus pas pulang dan cukup melelahkan.

05.00 – 7.00 Subuh, susur pantai, foto-foto

07.15 – 08.00 Balik dari Pahawang Besar ke Dermaga

08.30 – 09.40 Angkot Dermaga ke Gudang Garam (7.5k)

11.00 – 13.00 Naik Travel dari Gudang Garam ke Bakauheni langsung (40k) -> Lebih efisien tapi lebih mahal.

13.00 – 16.00 Ferry Bakauheni ke Merak (15k, upgrade kelas bisnis 6k)

16.25 – 11.45 Merak ke Badung (75k) -> Ini niiihh yang gondrong banget, padahal dah disengaja pulang pagi biar sampai Bandung gak kemalaman.

11.45 – 00.30 Leuwi Panjang ke kos Tika

P1090919
Banyu bening di sekitar dermaga Pahawang

00.30 – 00.45 Pulang kos

P1100033    P1100013

Jadi, menurut suatu sumber, nanya-nanya, ditambah sumber dari pengalaman kami sendiri, ada beberapa cara dari Bakauheni untuk mencapai Pahawang, begitu pula sebaliknya:

1. Naik Travel

Travel 40k (Bakauheni ke Gudang Garam), lalu angkot ke Dermaga Ketapang 7.5k-> Lebih efisien di perjalanan tapi desak-desakan dan ngetem sampai penuh baru berangkat.

2. Sewa Angkot

Dari Bakauheni langsung ke Dermaga Ketapang 500k-600k. -> recommended kalau rame-rame

3. Damri/Bus

Damri Bakauheni ke Terminal Rajabasa (25k), Damri Rajabasa ke Hanura (5k), Angkot Hanura ke Ketapang (5k), Angkot Ketapang ke Dermaga (2.5k) -> Lumayan seru, gak sumpek tapi lama di perjalanan, karena ke Hanura jalanannya MasyaAllah banget (2014, Nov)

4. Angkot sambung-sambung

Bakauheni ke Terminal Rajabasa (25k), Rajabasa ke Tanjung Karang, lalu Tanjung Karang ke Teluk Betung, lalu dari Teluk Betung ke Dermaga Ketapang. -> Belum pernah dicoba tapi sepertinya ribet.

P1090818
Jalanan menuju Hanura yang bikin dangdutan karena jalanan aduhai
P1090984
Suasana rumah penduduk di Pulau Pahawang yang sederhana dan menyenangkan.. Dan kambing pun ikut menyapa

Sekilas tadi sudah dicantumkan biaya-biaya perjalanan. Untuk sewa kapal dan penginapan, meskipun nego, kami tetap dipalak karena cuman berdua.

“Seriusan cuman berdua? cewek-cewek begini?” – Iya Pak

“Udah pernah kesini sebelumnya?” – Belum Pak

“Ada janjian sama temen disana?” – Enggak Bu

“Jadi serius ini cuman berdua aja?” – Iya Bu *nanya sekali lagi saya pulang*

Kalau gak ngebet snorkeling sih bisa irit banget pengeluarannya, tapi demi ituuu, keluarlah 375k dari masing-masing kantong kami untuk sewa kapal pribadi dan penginapan plus 50k untuk peralatan snorkeling. Alhamdulillah dimasakin segala sama istri Pak Dodi, pemilik kapal dan rumah. Meskipun mandinya sangat sederhana, harus nimba air sumur dulu di dalam sebuah bilik bambu berlubang. Ruang mandinya khas seperti di tempat mbahku jaman dulu, ruangan besar yang disatukan dapur dan ruang makan tanpa sekat.

P1090972       P1090963

P1100212
Di Dermaga Ketapang

Btw itu gambar sampah yang menyedihkan sekali, padahal spot yang indah.

Ya walaupun mereka sangat ramah-ramah, tapi kasihan juga kalau ditawar terus-terusan. Ini aja udah reduksi dari harga normal yang dipathok sama penduduk sana (sewa kapal 600k perhari, penginapan 500k). Makanya, kalau mau lebih irit, ramean aja. Atau ga usah sewa kapal snorkeling, tapi main di pantai (15k aja untuk penyebrangan). Atau ga usah nginep sekalian. Atau celup-celup kaki di dermaga aja terus pulang.

P1100191
Angkot, pick up, atau apalah orang sana menyebutnya. Semacam red bus di Thailand.
P1100124
Sayonaraaaa Pahawang..

So, pengeluaran inti kemaren masing-masing dari kami start form naik ferry di merak adalah sekitar 490k termasuk makan dua kali. Kalau ditotal biaya dari berangkat sampai pulang (bus ke Merak, makan dan beli camilan, ngerujak, beli kelapa muda, sewa alat snorkeling, ke WC, nitipin motor) yaaa segitulah, masih masuk akal kok, kalau mau tau japri aja ya. Hahahaha.

Well, memang siP1090881h, dibanding ikut trip rame-rame agak sedikit lebih mahal dan rempong juga capek karena semuamuanya harus dilakukan sendiri. Dan objeknya pun terbatas karena tidak ikutan paket, jadi disesuaikan lagi sama budget. Tapi saat itu saya merasa lebih bebas, mandiri, dan merdeka, lebih puas dan mengena. Ya gitulah pokoknya. Selamat mencoba impulsive backpacker.. Hhohooohoho

Semoga bermanfaat 🙂