Banyak sekali saya membaca artikel mengenai tempat-tempat yang bagus dikunjungi di Jogja dan sekitarnya. Kali ini saya ingin menuliskan versi saya, tapi tentunya tempat-tempat yang udah famous dan biasa saja akan saya lewati. Some familiar places such as temples, beaches in Bantul, Kulon Progo, and Gunung Kidul, recreations like Pindul cave, Kaliurang, Kiai Langgeng, Taman Pintar, Prawirotaman etc won’t be discussed. Sepertinya cukup dibaca sub judul karena penjelasannya tidak terlalu membantu, malah curhat. Lagipula beberapa di antaranya adalah tempat-tempat yang belum pernah dan ingin saya kunjungi juga kalau ada kesempatan. Btw ini salah satu tulisan di draft yang ragu mau diposting atau enggak karena bertele-tele banget dan tidak membantu tapi yoweslah perasaan semua isi blogku emang bertele tele juga. Hehehe
- Museum Ulen Sentalu
Saya dan geng tetangga saya pernah menjadi fanatik museum. Tiap saya mudik, kerjaannya adalah jelajah museum. Saya sendiri pernah menjelajahi museum mulai dari Benteng Vredeberg, Museum TNI-AD Dharma Wiratama, Museum Sono Budoyo, Monumen Diponegoro, Keraton Jogja dan Keraton Solo, Monjali, Museum Bahari, Lawangwangi gallery, sampai yang terbaru adalah museum 3D yang de Mata dan Museum Sisa Hartaku di Merapi. Pengen ke Lawang Sewu belum kesampaian, udah horror duluan. Museum Ulen Sentalu, what is that? Where is it? why is it so special? Bagi rakyat Jawa sendiri, museum ini tidak terlalu terkenal, namun di kalangan wisatawan asing, ini tempat sudah tersohor mameeen. Terletak di kaki gunung Merapi setelah museum Gunung Merapi, agak nyempil dan gelap. Konsepnya maze/labirin dengan runangan-ruangan berisikan foto/patung/batik/silsilah/barang-barang khususnya mengenai kerajaan di Jogja alias keraton. Pemandu akan menjelaskan di tiap ruangan dan diakhiri dengan minum wedhang racikan istri raja yang konon bikin awet muda. Disediakan kaca besar untuk melihat perbedaan wajah untuk sebelum dan setelah minum yang ternyata waw, jadi tampak 17 tahun! Yakaliiii… Yang bikin saya berkesan waktu kesana dulu adalah pemandunya yang semprul dan kocak waktu menjelaskan, Mbak Fafa, membuat semua materi museum tersampaikan tanpa bosan.
- Ramayana Ballet (outdoor at the full moon)
Ke Prambanan sih sudah biasa dan sering, banyak alasan saya kesana seperti nganter sodara atau teman, lihat gerhana bulan, sok-sokan arkeoastronomi, bahkan sekedar foto-foto. Whilst, watching Ramayana ballet at the full moon, that was amazing. Saat itu SMP saya mengadakan studi tour pelajaran seni Tari, khususnya pelajaran penokohan wayang. Teori yang masih saya ingat, “Ebahing sadaya sandruning badan, pikanthuk wiramaning gendhing, …” Meskipun nggak yang jago-jago amat, seni Tari merupakan salah satu mulok favorit saya di sekolah. Selain melestarikan budaya, ini merupakan saat refreshing dari pencekokan ilmu-ilmu eksak dan sosial.
Siangnya kami menjelajahi candi masing-masing dan mencatat sejarah untuk laporan. Malamnya kami masuk ke sebuah aula besar tempat pertunjukan Sendratari indoor untuk pejelasan dan pembagian doorprize bagi yang bisa menjawab sejarah Ramayana. Btw, saya suka sekali dengan kisah pewayangan seperti Mahabarata dan Ramayana, tapi condong ke Ramayana sih. Kemudian kami keluar menuju panggung pentas berlatarkan candi prambanan emas dan bulan purnama yang sangat indah. Adegan demi adegan membuat saya terpukau terutama saat Anoman Obong karena dibakar beneran dan saat Jatayu melintas. Dan saya naksir Leksmana, adiknya Rama, terutama saat adegan di hutan waktu melindungi Shinta dengan lingkaran. Hahahaha.
Bagi pecinta kesenian, drama, dan tari, harus banget nonton ini pas ke Jogja ya.
- Parang Endog
Ini salah satu tempat yang saya tulis tapi belum pernah saya kunjungi. Oops. Semoga ada kesempatan pergi kesana kapan-kapan. Pertama denger dari Mas Rian, maaf ya gambarnya tak pakai gak ijin-ijin, hehee. Katanya lihat sunset disana bagus banget. Beberapa hari yang lalu saya membaca artikel Hipwee tentang Parang Endog ini, bikin tambah pengen kesana, apalagi mbah google bilang kalau sunset terindah di Jogja itu di Parang Endog dan Ratu Boko. Bagi yang ber planning ke Parangtritis, sekalianlah mampir sana yuuuk.
- Lava Tour Merapi
Pertama dengar dari Pakdhe yang sudah sepuh. Beliau cerita betapa trauma pergi kesana bersama anak-anak dan cucu. Beliau bilang walaupun diasuransikan, tapi tetap mengerikan. Justru itulah yang membuat saya penasaran, hehehe. Saat itu saya pulang ke Jogja, lalu teman SMA saya yang merantau di Jakarta mengajak wisata alam. Saya share ke group SIGMA alias club jurnalistik SMA saya, dan mendapat respon tak diduga padahal biasanya sering wacana. Teman-teman saya itu pas pada pulang dari rantauan juga dan saya baru nyadar juga kalau banyak yang jadi PNS, ahahahaha.
Kalau mau Lava Tour impulsive bisa kok, datang aja ke Terminal Kaliurang yang ke arah Telaga Putri lalu daftar jeep. Satu jeep 350rb, maksimal 4 orang karena jeep kecil tidak seperti di Bromo. Perjalanan sekitar 2-3 jam dengan beberapa lokasi yang dikunjungi seperti Museum Sisa Hartaku, batu alien, bunker, rumah mbah Marijan, dll.
- Museum Sisa Hartaku
Museum ini adalah bagian dari ekspedisi Lava Tour Merapi, tapi sayangnya saat sampai lokasi museum, hari sudah gelap. Ini merupakan beberapa foto yang sempat kami ambil di sana.
- Gua Cerme
Aslinya saya kurang suka wisata gua dan cave tubing karena berasa pengap dan terbatasi ruang gerak apalagi udaranya. Gua yang penah saya jelajahi seingat saya hanya Gua Gong, Gua Pindul, Gua Belanda Tahura, Gua Lalay Sawarna dan Gua Cerme ini. Di SMA saya, ada program tahunan untuk menambah desa binaan bernama PTB WDP (Perkemahan Teladan Bhakti Wira Dharma Pertiwi). Dengan slogan “Dari apa yang kami punya dan kami bisa, kami baktikan untuk menggapai cinta-Nya”, kami melakukan semacam KKN mini beberapa waktu (pra, inti, dan pasca). Seingat saya 2005 di desa Nglipar, Gunung Kidul, lalu tahun berikutya di Desa Srunggo II, Selopamioro, Bantul. Nah saat itu saya dan tiga teman saya dari sie otonom yang sama berkesempatan menjelajah Gua Cerme ini. Saya merasa ini gua yang paling berkesan karena harus tracking sekitar 4 jam. Dalam perjalanan saya menemui semacam sidat atau seperti ular putih di air dan banyak tempat pertapaan. Dan yang paling membuat saya panik adalah ketika airnya setinggi dagu, lalu saya pasrah karena hanya bisa bernafas dalam celah stalaktit yang kecil. Kalau tidak hati-hati kepala bisa mudah terbentur.
Namun, setelah itu tragedi menimpa salah satu teman saya yang nebengin saya pulang ke Jogja. Setelah saya turun di SMA 1, dia kecelakan parah dan masih mengira sedang memboncengkan saya. Alhamdulillah sudah pulih kembali walaupun wajahnya sempat tidak saya kenali karena bengkak. Dan lebih tragisnya, tiga hari setelah itu adalah gempa Jogja. Alhamdulillah gempa tidak terjadi saat saya berada dalam gua. Kemudian wisata Gua Cerme tersebut sempat ditutup lama setelah gempa.
7. Desa Wisata Sejarah Kelor
Hehehe,, lagi-lagi saya belum pernah kesini tapi teman saya bilang recommended. Ini foto saya curi juga dari si Indi yang habis ke sana sama keluarga. Sayangnya fotonya gak ada yang oke karena di sana dilarang bawa hape, riskan kecebur. Katanya sungainya jerniiih banget, ya bayangan saya seperti Kali Kuning jaman dahulu.
8.Tembi House
Ini adalah tempat yang belum pernah saya kunjungi juga. Wakakakaakak. Katanya ini semacam penginapan yang bertema dan ada juga kesan tradisional. Sepertinya seru juga honeymoon di sana.
9. Rafting Sungai Elo
Saat itu adalah acara pembubarana panitia FRIN (Forum Remaja Islan Nogotirto) yang masih ramai. FRIN adalah bagian dari masa kecil saya dimana saya hanya aktif sebentar saja di organisasinya, sisanya lebih banyak main-main. Banyak sekali kegiatannya mulai dari jidan (pengajian dua pekanan), jinola (jidan nongol lagi – iki nggilani banget yang bikin singkatan), lalu tarawih bocah-bocah dan ngurusi jaburan, takbiran, lomba-lomba, 17an, jalan santai, baksos, piknik, outbond, dll. Abang saya yang pertama bersama teman-teman sebayanya merupakan pendiri dan aktivis sejati dimana ketika saya dan teman-teman seangkatan saya menggantikan malah jadi bubrah kabeh ora mbejaji, hahaha. Semoga sekarang adik adik geng yang menjuluki dirinya CRB (Cah Bale RW) bisa membangkitkan FRIN kembali.
Yaampun, mana ini cerita tentang raftingnya ya.. Krik krik banget deh. Singkat cerita kami semua naik motor ramai-ramai ke Magelang, lalu rafting sewa empat perahu, dua jam sampai gosong dan kekar. Kenapa saya tulis di sini? Karena sepanjang rafting isinya cuma ketawa dan ketawa. Pemandu yang namanya mas Gofur itu ngoceh gak keruan. Salah satu ke-jayuz-annnya adalah ketika kami lagi hening, beliau bilang “Dulu saya aslinya pas kuliah mau ambil komputer lho, tapi ditentang habis-habisan sama simbok saya. Sedih bangt pokoknya, dimarahin pula.” Lalu saya, Rizka, Woghski, Mas Yaya, Reno, dan Pyuth yang seperahu karet melongo dan kasihan. Lalu dilanjutkan “Lha gimana gak dimarahin, ngambilin komputer orang-orang ntar ditangkep polisi aku.” Ealaaahhhhh jayuzman banget, dan terus berlanjut tiap tidak ada jeram.
Lalu saya hampir nangis ketika kami diceburkan ke sungai dengan alasan perahu karet bocor, “minggir dulu semuanya ke kanan perahu..” dan byuuuur! Lalu tahu-tahu saya berada di dalam air yang dalam di bawah perahu yang terterlungkup. Saya mencoba keluar mencari udara tapi tidak bisa, tangan saya menggapai ke atas menyingkap perahu yang tak bisa digerakkan sama sekali, berat. Lalu setelah berhasil keluar saya spontan teriak ke pemandu “Aaaaaaaaaaaaaaakkkkk,,,, jahat, bapaknya mau bunuh aku hidup-hidup yaaakk… aaaaaaaakk…” Dan teman-teman saya hanya tertawa puas melihat saya ngamuk-ngamuk karena hanya saya yang tertimpuk perahu, plus saya belum bisa berenang waktu itu.
10. De Mata Trick Eye dan 3D Museum
Tempatnya di XT Square deket Gembira Loka. Saya hanya pernah ke De Mata bla bla bla itu, mungkin ini bukan museum yang wow wow amat sih tapi cocok banget bagi yang suka pemotretan. Kalau saya tak sanggup foto di semua spot, saya sudah lelah harus ndlesor-ndlesor lantai, duduk setengah, dll demi pengambilan angle yang pas. Berikut beberapa di antaranya.
Duh maaf ya banyak foto saya, malesin banget. Hahaha. Nanti kalau ada yang oke lagi saya tambahin deh, selama jari ini masih rajin ngoceh. Eh iya, sebenarnya saya juga pensaran sama puncak Suroloyo dan Pantai Baru di Kulon Progo… Gile, Kulon Progo pasti bentar lagi beken kalau jadi dibangun Bandara tapi gak akan ijo lagi dong nanti.