Pulau Pahawang menawarkan pesonanya tersendiri dengan underwaternya yang ajib dan pemukiman yang ramah. Bagi pecinta snorkeling tapi bosan dengan pemandangan terumbu karang yang dangkal dan kurang menantang, disinilah tempatnya untuk mengeksplorasi keberanian yang cocok juga bagi pemula. Kedalaman laut (yang kebanyakan lebih dari 7 m, tergantung spot dan musim) dengan keindahan biota laut di sekitar Pahawang sangat mengundang untuk diintip. Sayangnya saya sendiri belum mengunjungi semua spot snorkeling karena ombak sore yang cukup heboh. Saya hanya sempat ke 4 spot dan sempat mengintip di spot yang berombak tersebut, wow, spot terbagus yang baru saya kunjungi hari itu. Saya gagal memotret karena badan saya saja terpelanting menjauhi kapal dan parno gak bisa balik akibat ombak gak santai itu. Teman saya sendiri sudah muntah-muntah dan menyerah untuk snorkeling hari itu.
Bagaimana cara ke Pahawang? Banyak cara! Karena saya tinggal di Bandung, saya ke terminal Leuwi Panjang dahulu, lalu ke Merak, dari Merak ke Bakauheni, lalu ke Pahawang. Jelasnya gimana? Ini adalah itinerary perjalanan saya dan teman saya, Tika. Saya dedikasikan bagi yang ingin backpacker tanpa agen, open/sharing trip alias buat yang ngebolang dengan modal niat dan uang pas-pasan biar gak kaya anak ilang.
17.00 – 18.50 Packing, persiapan ke terminal Leuwi Panjang
18.50 – 21.00 Perjalanan Leuwi Panjang dari Dago yang macet parah karena heboh pertandingan PERSIB vs PERSIPURA
21.00 – 21.15 Nitipin motor, nego harga (sehari 25k TT), makan malam di terminal (makanan Tika 4k, saya 7k)
21.15 – 02.00 Naik Bus Ekonomi AC Bandung – Merak (75k). Ada juga bus 60k tapi rada abal.
03.30 – 6.50 Naik Kapal Ferry Merak – Bakauheni (15k)
06.55 – 9.40 Bus Bakauheni ke Terminal Rajabasa (25k) -> Berasa lama banget
09.45 – 10.58 Damri dari Terminal Rajabasa ke Hanura (5k)
11.00 – 11.30 Angkot dari Hanura ke Ketapang (5k)
11.30 – 11.35 Angkot dari Ketapang ke Dermaga (2.5k)
11.35 – 12.30 Istirahat di masjid dermaga
12.30 – 13.00 Nego perahu dan penginapan, Naik Perahu dari dermaga ke Pulau Pahawang Besar. Ke homestay, persiapan snorkeling.
13.30 – 16.50 Snorkeling, harusnya dikasih 5 spot tapi karena sangat berombak, berhenti di spot ke 4 dekat dermaga.
16.50 – 17.30 Mlipir pantai, foto-foto
17.30 – 19.00 Ishoma
19.00 – dst bebas, bermalam di rumah si empunya kapal yang baik.
Saya rasa untuk perjalanan tanpa rencana, kami cukup beruntung karena kendaraan umum selalu sedia dan tidak perlu lama menunggu, tidak seperti kasus pas pulang dan cukup melelahkan.
05.00 – 7.00 Subuh, susur pantai, foto-foto
07.15 – 08.00 Balik dari Pahawang Besar ke Dermaga
08.30 – 09.40 Angkot Dermaga ke Gudang Garam (7.5k)
11.00 – 13.00 Naik Travel dari Gudang Garam ke Bakauheni langsung (40k) -> Lebih efisien tapi lebih mahal.
13.00 – 16.00 Ferry Bakauheni ke Merak (15k, upgrade kelas bisnis 6k)
16.25 – 11.45 Merak ke Badung (75k) -> Ini niiihh yang gondrong banget, padahal dah disengaja pulang pagi biar sampai Bandung gak kemalaman.
11.45 – 00.30 Leuwi Panjang ke kos Tika
00.30 – 00.45 Pulang kos
Jadi, menurut suatu sumber, nanya-nanya, ditambah sumber dari pengalaman kami sendiri, ada beberapa cara dari Bakauheni untuk mencapai Pahawang, begitu pula sebaliknya:
1. Naik Travel
Travel 40k (Bakauheni ke Gudang Garam), lalu angkot ke Dermaga Ketapang 7.5k-> Lebih efisien di perjalanan tapi desak-desakan dan ngetem sampai penuh baru berangkat.
2. Sewa Angkot
Dari Bakauheni langsung ke Dermaga Ketapang 500k-600k. -> recommended kalau rame-rame
3. Damri/Bus
Damri Bakauheni ke Terminal Rajabasa (25k), Damri Rajabasa ke Hanura (5k), Angkot Hanura ke Ketapang (5k), Angkot Ketapang ke Dermaga (2.5k) -> Lumayan seru, gak sumpek tapi lama di perjalanan, karena ke Hanura jalanannya MasyaAllah banget (2014, Nov)
4. Angkot sambung-sambung
Bakauheni ke Terminal Rajabasa (25k), Rajabasa ke Tanjung Karang, lalu Tanjung Karang ke Teluk Betung, lalu dari Teluk Betung ke Dermaga Ketapang. -> Belum pernah dicoba tapi sepertinya ribet.
Sekilas tadi sudah dicantumkan biaya-biaya perjalanan. Untuk sewa kapal dan penginapan, meskipun nego, kami tetap dipalak karena cuman berdua.
“Seriusan cuman berdua? cewek-cewek begini?” – Iya Pak
“Udah pernah kesini sebelumnya?” – Belum Pak
“Ada janjian sama temen disana?” – Enggak Bu
“Jadi serius ini cuman berdua aja?” – Iya Bu *nanya sekali lagi saya pulang*
Kalau gak ngebet snorkeling sih bisa irit banget pengeluarannya, tapi demi ituuu, keluarlah 375k dari masing-masing kantong kami untuk sewa kapal pribadi dan penginapan plus 50k untuk peralatan snorkeling. Alhamdulillah dimasakin segala sama istri Pak Dodi, pemilik kapal dan rumah. Meskipun mandinya sangat sederhana, harus nimba air sumur dulu di dalam sebuah bilik bambu berlubang. Ruang mandinya khas seperti di tempat mbahku jaman dulu, ruangan besar yang disatukan dapur dan ruang makan tanpa sekat.
Btw itu gambar sampah yang menyedihkan sekali, padahal spot yang indah.
Ya walaupun mereka sangat ramah-ramah, tapi kasihan juga kalau ditawar terus-terusan. Ini aja udah reduksi dari harga normal yang dipathok sama penduduk sana (sewa kapal 600k perhari, penginapan 500k). Makanya, kalau mau lebih irit, ramean aja. Atau ga usah sewa kapal snorkeling, tapi main di pantai (15k aja untuk penyebrangan). Atau ga usah nginep sekalian. Atau celup-celup kaki di dermaga aja terus pulang.
So, pengeluaran inti kemaren masing-masing dari kami start form naik ferry di merak adalah sekitar 490k termasuk makan dua kali. Kalau ditotal biaya dari berangkat sampai pulang (bus ke Merak, makan dan beli camilan, ngerujak, beli kelapa muda, sewa alat snorkeling, ke WC, nitipin motor) yaaa segitulah, masih masuk akal kok, kalau mau tau japri aja ya. Hahahaha.
Well, memang sih, dibanding ikut trip rame-rame agak sedikit lebih mahal dan rempong juga capek karena semuamuanya harus dilakukan sendiri. Dan objeknya pun terbatas karena tidak ikutan paket, jadi disesuaikan lagi sama budget. Tapi saat itu saya merasa lebih bebas, mandiri, dan merdeka, lebih puas dan mengena. Ya gitulah pokoknya. Selamat mencoba impulsive backpacker.. Hhohooohoho
Semoga bermanfaat 🙂
nebula, itu banyak tulisannya yang ketutup foto.
ga kebaca jadinya, haha..
Spica: seriusan?? Di aku kebaca semua tuh spic, gak ketutupan. Ntar aku coba buka di tmpat lain 🙂
hooh..
sippo deh :3
Minta contac nya pak doni dong kak?
Pak dodi kali ya maksudnya.. hehe. Ini : 0853 5769 1885. Bilang aja dikasihtau orang bandung yang mukenanya ketinggalan. Hehehehe
Sangat sederhana dan baik orangnya 🙂 btw kalo mau ke pahawang taun ini udah sering ujan kayaknya
Assalamualaikum saya nemu blog ini dengan keyword snorkeling pakai rok. waktu snorkeling teteh pake baju apa? Pakai rok? Pakai kaos kaki juga kah?
Waalaikum salam..Hi Nita, waktu itu saya pake celana jegging sama kaos panjang sampai lutut, teman saya ga jadi pake rok. Kaos kaki bisa pake bisa enggak, mungkin bs coba yg panjang biar ga gampang copot. hehehe. Oia, sekedar tips buat yg berhijab, kalo mau pake google/kacamata snorkel, mending pake kerudung langsung jenis spandek yg gak ada topinya, lebih nyaman dan tetap syar’i. hehehe
Bismillah. Mbak, saya izin jadiin foto pertama sebagai PP saya di Instagram ya.. ^^
Nama IG saya @vasaannisai_
Makasih 😀